Latest News :

Kartini Inspirasi Negeri dan Perempuan-perempuan yang meng-inspirasi Indonesia


R. A. Kartini Inspirasi Wanina dan Negeri

Ikuti Lomba Pantun Kartini nya disini ya ^__^
Lomba Pantun " Kartini Inspirasi Wanita Dan Negeriku"
Raden Adjeng Kartini atau yang sering disebut dengan R.A Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879. R.A Kartini merupakan tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia yang dikenal sebagai sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi di Indonesia.
Perempuan yang meng-inspirasi Indonesia


Tiga Wanita hebat versi Kick Andy
Di Jaman modern ini, masih banyak anggapan perempuan adalah kaum yang lemah. Pandangan semacam ini membuat perempuan dianggap remeh, dilecehkan, dan pemikirannya sering diabaikan.
Tetapi kisah tiga perempuan yang akan tampil di Kick Andy kali ini akan mengubah pandangan miring seperti itu. Sebab dengan Kekuatan Cinta Wanita, mereka mampu mengubah kehidupan banyak orang. Inilah kisah tiga perempuan itu;
Masnu’ah, istri nelayan yang membantu para istri nelayan untuk meningkatkan penghasilan dan meningkatkan taraf hidup keluarga nelayan.
Els De La Croix, wanita keturunan Belanda yang lahir di Surabaya 68 tahun ini mengabdikan dirinya untuk membantu dan menolong anak-anak Indonesia yang kurang beruntung.
Elena Khusnul Rahmawati, mengajak seluruh warga untuk bergotong royong  membelah bukit Gunung Rinjani untuk memasang pipa sejauh 25 kilometer.
Baca selengkapnya >>> Bukan wanita biasa


Yohana Febrianty, Tuna Netra yang Jadi Finalis X-Factor Indonesia
Keterbatasan tidak menjadi penghalang bagi Yohana, kendati dia seringkali tidak dipandang oleh orang-orang, namun semangat nya berjuang tidak padam hingga berhasil menjadi salah satu finalis X-Factor. Dengan penyakit Glaukoma yang dideritanya yohana berkeinginan membuktikan bahwa dirinya mampu untuk sukses dan dapat member inspirasi untuk orang-orang yang memiliki keterbatasan lain juga.
Baca lebih lanjut >>> Yohana Febriyanti X- Factor


Ari Sunarijati. Perempuan pemberdaya buruh perempuan ini lahir di Madiun, 1 Juni 1952. Kisah inspirasi beliau ditampilkan dengan judul “PEREMPUAN DI RIUH BURUH”. Beliau telah berkecimpung di dunia perburuhan sejak tahun 1978. Berawal dari rasa risih melihat keadaan buruh perempuan pada masa orde baru yang diperlakukan kurang adil; dianggap sebagai manusia kelas dua yang hanya mampu mengerjakan pekerjaan domestik dan tidak biasa berperan di ranah publik, beliau pun bertindak. Dengan menempuh perjalanan nan panjang, melalui Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) beliau banyak menangani permasalahan buruh perempuan. Mulai dari penyadaran akan hak-hak buruh perempuan yang sering dilanggar, kedudukan buruh perempuan yang lebih banyak diposisikan sebagai obyek bukan subyek; serta peningkatan kesejahteraan buruh.
Baca lebih lanjut>>> Ari Sunarijati

Chamsiah Djamal. Awalnya beliau tergelitik oleh survei penelitian PPSW yang menyatakan bahwa sekurangnya 80% istri berstatus sebagai pekerja informal selain mengurus rumah tangga. Dan cukup mencengangkan pula bahwa pekerjaan mereka sehari-hari malah menjadi penopang biaya hidup “utama”. Bagaimana mungkin perempuan yang selalu dianggap manusia kelas dua mampu menopang keluarga? Bukankah selama ini yang jauh lebih berhak memberikan nafkah bagi keluarga adalah suami? Hmm, tunggu dulu! Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berasal dari keluarga lapis bawah yang rata-rata suami bekerja sebagai sopir, buruh bangunan, dsb memang memiliki pekerjaan domestik yang mampu diandalkan saat nafkah dari suami mereka sedang seret. So, pesan moralnya? Jangan pernah menomorduakan makhluk Tuhan yang satu ini (baca: perempuan) 




Dina Lumbantobing. Lahir di Tarutung, Tapanuli Utara, 27 November 1957. Beliau merupakan salah satu pendiri dan pemimpin Yayasan Sada Ahmo, yayasan yang berfokus pada program penguatan eksistensi Masyarakat Adat Pakpak Dairi melalui penyelenggaraan taman bina asuh anak. Tidak hanya menjalankan program ini, beliau pun secara khusus terlibat aktif dalam jaringan program perempuan dalam usaha kecil di Indonesia. Bersama yayasan ini pula beliau menerbitkan buletin Suara Perempuan sebagai sarana pendidikan masyarakat tentang eksistensi perempuan dan pendidikan bersosial politik.


Johanna Armgrad Pattiasina. Perintis kegiatan sosial Badan Kerja Sama Penyuluhan Sumatera Utara (BKSP) pada tahun 1979 ini dilahirkan di Yogyakarta, 8 Juni 1956. Organisasi tersebut berkecimpung pada pengorganisiran pengembangan warga masyarakat dan petugas lapangan, Namun demikian, rupanya kendala birokrasi malah menghambat perkembangan kreativitas dan pemberdayaan masyarakat. Hal inilah yang mendorong beliau untuk ikut serta dalam Pendirian Yayasan Bina Insani. Fokus beliau adalah meningkatkan kesadaran perempuan dan kesejahteraan keluarga melalui kegiatan ekonomi keluarga skala kecil serta peningkatan sarana kesehatan dan sanitasi. Kegiatan inilah yang akhirnya mampu membawa beliau terpilih sebagai Pemuda Pelopor Nasional tahun 1989.


Lilik Sulistyowati memilih melakukan pendampingan terhadap para pekerja seks komersial (PSK). Hmm, dunia yang bagi sebagian besar orang merupakan dunia kelam rupanya malah mendorong perempuan kelahiran Ujung Pandang, 20 Mei 1959 ini untuk dapat memahami segala permasalahan PSK. Pada akhirnya aktivitas beliau ini menjadikan beliau satu dari sedikit tokoh kunci bagi berbagai instansi dan aparat pemerintah, dokter, LSM, organisasi kemasyarakatan, lembaga sosial pers, maupun peneliti yang ingin memahami dan/atau terlibat dalam upaya pendampingan/pengentasan perempuan PSK di wilayah Dolly dan Jarak Surabaya. Program utamanya yang bertajuk “Pendampingan dan Pemberdayaan Pekerja Seks Komersial di Surabaya” membawa beliau bergabung sebagai Fellows Ashoka pada tahun 1996.
Baca lebih lanjut >>> Lilik Sulistyowati


Lusi Margiyani, yang paling muda di antara yang lain. Beliau lahir di Yogyakarta, 16 Maret 1966. Perempuan yang menjadi pendiri Kelompok Studi Vidyadhari semasa kuliahnya dan perintis serta pemimpin Lembaga Studi dan Pengembangan Perempuan dan Anak (LSPPA) ini berfokus pada pengenalan nilai keadilan gender sejak masa kanak-kanak. Berangkat dari keprihatinan terhadap eksploitasi anak oleh kepentingan orang dewasa, beliau pun menggagas sebuah ide dengan slogan utama “Bebaskan Tumbuh”.



Sita Aripurnami, lahir di Jakarta, 21 Desember 1959. Beliau pernah memimpin Yayasan Kalyanamitra dan aktif menulis artikel di media massa serta mempresentasikan kertas kerja dengan tema seputar kekerasan terhadap perempuan di forum nasional maupun internasional. Bersama Kalyanamitra, beliau aktif melakukan pendampingan terhadap perempuan korban kekerasan seksual. Beliau menyelesaikan studi S2 di the London School of Economic and Political Science di Inggris tahun 1997 dengan tesis berjudul “Between Control and Resistance, Discourse Analysis of Indonesian Population Policy”.
Keterlibatan dalam gerakan perempuan, diawali 1984 dengan menekuni diskusi masalah buruh dan penggusuran. Kegiatan ini menggulirkan didirikannya organisasi perempuan Kalyanamitra pada 1985, dan menekuni pendidikan penyadaran gender
Baca lebih lanjut >>> Sita Aripurnama

Sri Kusyuniati, lahir di Yogyakarta, 20 Juni 1958. Beliau adalah seorang lulusan IKIP Negeri Yogyakarta (saat ini Universitas Negeri Yogyakarta). Perempuan yang akrab disapa Kus ini setelah lulus dari bangku perkuliahan aktif di dunia lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan mendirikan Yayasan Annisa Swasti yang berfokus pada masalah buruh industri. Beliau juga menggagas dan menjadi salah satu pendiri Rifka Annisa: Women Crisis Center, Yogyakarta. Kepedulian yang begitu besar terhadap nasib buruh industri menginspirasi beliau sehingga sejak tahun 1999 beliau berbagi waktu sebagai salah satu Koordinator Nasional Program bagi buruh perempuan pada kantor ILO di Jakarta. Selain itu, tema ini mendorong Kus untuk mendalami dan menyelesaikan studi S3 di Swinburne University, Melbourne, Australia dengan disertasi berjudul “An Evaluation of the Dynamics of the Indonesian Workers Movement: Strikes 1990-1996
Suwarni Angesti Rahayu, akrab disapa Yayuk, lahir di Yogyakarta, 23 Desember 1951. Kepedulian dan keberpihakan beliau terhadap perempuan korban kekerasan telah mendorong beliau untuk keluar dari status sebagai pegawai negeri. Selanjutnya beliau bergabung dalam pendirian Rifka Annisa dan berkedudukan sebagai direkturnya. Rifka Annisa merupakan LSM pertama di Indonesia yang program pendampingannya menggunakan konsep rumah rehabilitasi bagi perempuan korban kekerasan (women crisis center).
 
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. STComp Jogja - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger