Yohana Febrianty Finalis X-Factor yang menderita Gluakoma
Keterbatasan fisik tidak menghalangi langkah seseorang untuk meraih prestasi. Ini juga yang dialami Yohana Febianty. Gadis tuna netra ini terus melangkah pada babak audisi final nasional X Factor Indonesia, bersaing dengan orang normal lainnya.
Bagi yang terus mengikuti tayangan X-Factor Indonesia setiap hari Jumat malam di salah satu televisi swasta nasional, pasti tahu bagaimana kiprah Yohana Febianty atau yang akrab disapa Joe tersebut. Pada tayangan babak 160 besar nasional, Jumat, 4 Januari lalu, Joe menunjukkan sesuatu yang berbeda. Ketika masuk ke panggung, Joe mesti dituntun oleh salah seorang kru.
Kondisi itu membuat tiga juri, Bebi ”Romeo”, Rossa, dan Ahmad Dhani bertanya-tanya. Joe pun menjelaskan kepada dewan juri bahwa kedua matanya tidak bisa melihat, akibat penyakit Glaukoma yang dideritanya. Seketika itu, empati ditunjukkan lewat ekspresi ketiga dewan juri. Tapi, ketiga juri kembali dibuat terhenyak ketika melihat penampilan Joe saat menyanyikan lagu Listen, yang pernah dipopulerkan Beyonce.
Dari awal lagu, suara ”berat” Joe sudah mampu mengundang kekaguman mereka yang menyaksikan X-Factor. Sempat ada ”insiden”, dimana ketika menginjak bagian reff, Joe kehilangan fokus karena menangis. Melihat kejadian itu, penonton secara spontan bertepuk tangan untuk menyemangati gadis berusia 22 tahun tersebut. Kemampuannya menjangkau nada-nada tinggi mendapat applaus dari penonton yang menyaksikan secara langsung di studio.
Bisa ditebak, ketiga dewan juri pun sepakat untuk meloloskan Joe ke babak selanjutnya. Bebi pun terlihat emosional melihat penampilan Joe saat itu. ”Mulai sekarang, kalau ada orang yang menghina kamu, suruh dia telpon saya,” kata Bebi yang dikenal sebagai pencipta lagu-lagu laris di tanah air ini.
Setelah dinyatakan lolos, Joe terlihat tidak kuasa membendung air matanya. Ketika ditemui Jawa Pos Radar Malang di kediamannya di perumahan Permata Alam, Joe mengatakan, dia kehilangan fokus dan menangis saat menyanyi karena ingat dengan cobaan yang dialaminya selama ini. ”Waktu itu, perasaanku campur aduk, Allah ngasih rezeki waktu aku tidak bisa melihat. Aku juga ingat dengan bagaimana banyak orang menghinaku,” kata gadis kelahiran Surabaya, 7 Februari 1990 ini.
Siapa sebenarnya Joe ini? Masyarakat Malang, terutama yang gemar sepak bola pasti sudah tidak asing lagi dengan keluarga Joe. Ayahnya, Yohanes Geohera merupakan pemain Arema pada era Galatama. Dari pernikahannya dengan Denok Sri Suryantina, Yohannes dikarunia dua anak. Anak pertama, Yoga Eka Firmansyah Hera, dia berprofesi sebagai pemain bola. Pada musim lalu memperkuat Arema IPL. Joe adalah anak kedua pasangan Yohanes-Denok. Sejak lahir, Joe sebenarnya terlahir normal.
Masalah penglihatan baru dialami ketika menginjak SMA. Joe yang menjalani masa SMA di SMAN 12 Malang, perlahan demi perlahan mulai terganggu penglihatannya. ”Awalnya kabur saja, aku pikir mata minus atau silinder,” ujar dia.
Puncaknya terjadi pada kelas XII, menjelang ujian nasional. ”Saat itu mata saya seperti disilet,” lanjutnya.
Akhirnya, beberapa saat setelah ujian nasional, Joe mesti kehilangan kedua matanya. Secara psikologis, Joe benar-benar terpuruk kala itu. Bagaimana tidak, kehilangan dua mata membuatnya kehilangan banyak orang terdekat.
Pacarnya pun tega meninggalkan dia karena tidak bisa menerima kondisi fisiknya yang tak normal lagi. Karir musik Joe yang sejak SMA sering mengisi acara di kafe maupun pernikahan pun terancam, ketika teman-teman band-nya mulai meninggalkan dia.
Tak tahan dengan kenyataan seperti itu, Joe sempat mencoba bunuh diri dengan menenggak parfum. Beruntung, sekalipun sekujur tubuhnya membiru dan mulutnya mengeluarkan busa, nyawa Joe tertolong karena ada sanak keluarga yang cepat membawanya ke rumah sakit.
Titik balik terjadi, setelah percobaan bunuh diri yang pertama sekaligus yang terakhir kalinya. Ketika masuk bulan puasa, setelah melaksanakan salat Dhuha, ia seperti mendapatkan bisikan. ”Saya mendengar suara ayo Yohana kamu pasti bisa, pasti sukses, pasti bisa mewujudkan semua,” ujar Joe menirukan bisikan tersebut.
Perlahan, Joe pun bangkit dan semangat hidupnya kembali. Dengan keterbatasan fisiknya, Joe mencoba menekuni lagi dunia tarik suara yang sempat beberapa saat ia tinggalkan. Karena tekadnya yang kuat, beragam penghargaan dan trofii ia raih. Total, saat ini ada lebih dari 30 trofi juara yang ia dapatkan. Selain itu, Joe juga rajin mengikuti audisi ajang pencarian bakat, mulai Indonesian Idol, hingga Indonesia Mencari Bakat (IMB). Sayang, dari ajang yang diikuti, ia belum mampu menembus final nasional.
Peruntungannya baru muncul di X-Factor Indonesia season pertama yang ia ikuti sekarang ini. Tahap awal, ia mesti mengikuti audisi regional yang diadakan di Surabaya sekitar September lalu. Dari 5.300 peserta, X Factor hanya mengambil tujuh orang saja untuk maju ke tingkat nasional. Sama seperti peserta lain, Joe juga harus rela mengantre. ”Saya berangkat ke tempat audisi jam tiga subuh. Baru tampil jam empat sore,” kata gadis yang mengidolakan Whitney Houston dan Tantri Kotak itu. Di X-Factor, Joe pun berharap langkahnya bisa terus mulus. ”Aku berharap doanya dari masyarakat Malang,” ujar dia.
Tapi, bagaimanapun juga, apa yang dilakukan Joe saat ini sudah bisa dikatakan sebagai prestasi membanggakan. Memukau juri-juri sekelas Bebi dan Dhani jelas tidak bisa dilakukan sembarang orang. ”Sebelumnya, dengan kondisiku seperti ini, jarang ada orang yang percaya. Tapi mereka percaya,” ujar mahasiswi semester satu Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Brawijaya (UB) itu.
Keberhasilannya ini seperti menjadi pembuktian kepada orang-orang yang selama ini menghina fisik Joe. Ketika dihina, Joe cenderung diam atau paling banter menangis. Ia tidak pernah marah, atau melabrak orang yang menghinanya. ”Aku hanya ingin menunjukkan kalau aku bisa sukses lewat prestasi,” sambungnya.
Joe juga mengatakan, sekali pun sudah ikhlas dengan keterbatasan fisiknya, ia masih berharap bisa melihat. ”Aku ingin bisa melihat lagi,” harap dia.
Sementara itu, Denok, sang ibu yang selalu setia mendampingi hari-hari Joe, tidak henti-hentinya bersyukur atas apa yang diraih anaknya saat ini. Tapi terkadang dia juga sedih, mengapa sukses baru datang ketika anaknya tidak bisa melihat. ”Tapi kami bersyukur saja. Alhamdulillah, kami juga tak tahu rencana Tuhan seperti apa untuk Joe,” ujar Denok.
Sama dengan anaknya, Denok berharap kedua mata Joe bisa kembali berfungsi seperti sedia kala. Tapi, terangnya, biaya yang dibutuhkan sangat besar. Karena itu, Denok berharap, Joe bisa terus melaju di X-Factor Indonesia. ”Kalau dapat hadiah, itu bisa jadi tbiaya untuk pengobatannya,” harapnya. (indramufarendra)
sumber : http://indramufarendra.wordpress.com/2013/01/10/yohana-febrianty-tuna-netra-yang-jadi-finalis-x-factor-indonesia/
Posting Komentar